Karena pernah merasakan efek kebakaran hutan yang rasanya tidak enak sama sekali, banyak kegiatan yang terganggu, maka muncu beberapa pertanyaan di otak saya, juga beberapa pertanyaan dari teman-teman, dan akan coba saya telusuri..

- Apakah kebakaran hutan dapat terjadi sengan sendirinya atau secara alami?
bisa, ada beberapa hal yang dapat menyebabkan hutan dapat terbakar dengan sendirinya.
- gunung berapi, saat terjadi letusan gunung berapi dapat dipastikan lahar akan membakar hutan.
- petir, saat terjadi petir dapat juga menimbulkan kebakaran
- gesekan kayu atau batu, hal ini dapat terjadi tetapi hanya kemungkinan kecil
- air sebagai lensa, sinar matahari difokuskan oleh air dapat menyebabkan sesuatu terbakar, namun hal ini cukup sulit, karena dibutuhkan kandungan air yang sangat besar, jika kecil akan menguap oleh matahari, juga memiliki jarak fokus yang baik, juga bahan yang terbakar harus kering.
- Apakah gunung berapi, petir, gesekan kayu dan air penyebab kebakaran di Indonesia?
jawabannya ... tidak mungkin, hanya 1 % atau kurang, karena : letusan gunung berapi hanya terjadi di daerah gunung, tetapi daerah tanpa gunung justru yang lebih banyak terbakar misal di jambi, riau, sumatera selatan.; petir, petir biasanya terjadi diiringi hujan, jadi hanya membakar sebagian kecil, kemudian akan padam.; gesekan kayu, Indonesia adalah hutan hujan tropis jadi tingkat kelembaban sangat tinggi sehingga kayu juga akan lembab, dan juga jika kita mencoba menggesekkan kayu kering sampe leter juga baru ada percikan api, kecil lagi.
- Lalu apa yang menyebabkan kebakaran hutan?
jika diatas hanya 1 %, yang 99 % apa? 99 % adalah akibat hal yang disengaja atau tidak disengaja akibat tingkah manusia. yang tidak disengaja misalnya membuang puntung rokok sembarangan, main api sembarangan. tetapi yang disengaja dipastikan adalah alasan hutan yang paling besar, hal ini dikarenakan untuk membuka lahan baru, untuk perkebunan atau perluasan daerah baru, karena dibakar adalah hal yang paling mudah dan murah, tapi liat akibat hal itu.. (mikir-mikir...)
- Apa hubungan lahan gambut dengan kebakaran? mengapa kebakaran di hutan gambut sulit dipadamkan?
lahan gambut adalah jenis tanah yang istimewa: letaknya sangat dalam, mengandung banyak
serasah (sisa-sisa tanaman mati),dan sebagian besar terdiri dari air.
jika lahan gambut dihilangkan atau diganggu, misal dirubah jadi lahan pertanian, maka akan mengacaukan perubahan iklim. sehingga akan terjadi kemarau yang lebih panjang dan kebakaran hutan, karena kandungan air akan hilang, karena gambut kering sangat mudah terbakar. Kebakaran di lahan gambut
lebih sulit dipadamkan. Kebakaran gambut menghasilkan banyak kabut tebal
dan asap yang berbau yang menyebabkan penyakit.
Kebakaran yang terjadi di lahan gambut juga memperparah keadaan. Di
wilayah Sumatera dan Kalimantan, kebakaran lahan gambut mencapai
rata-rata 32,1% dan 25,1% dalam dekade ini . Jumlah titik panas di lahan
gambut meningkat dan mencapai puncaknya tahun 2005 (di Sumatera) dan
2006 (Kalimantan) sebagaimana bisa dilihat pada gambar di bawah ini:
Pada kondisi alami, lahan gambut tidak mudah terbakar karena sifatnya yang menyerupai spons, yakni menyerap dan menahan air secara maksimal sehingga pada musim hujan dan musim kemarau tidak ada perbedaan kondisi yang ekstrim. Namun, apabila kondisi lahan gambut tersebut sudah mulai terganggu akibatnya adanya konversi lahan atau pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan terganggu.
Pada musim kemarau, lahan gambut akan sangat kering sampai kedalaman tertentu dan mudah terbakar. Gambut mengandung bahan bakar (sisa tumbuhan) sampai di bawah permukaan, sehingga api di lahan gambut menjalar di bawah permukaan tanah secara lambat dan dan sulit dideteksi, dan menimbulkan asap tebal.
Pada kondisi alami, lahan gambut tidak mudah terbakar karena sifatnya yang menyerupai spons, yakni menyerap dan menahan air secara maksimal sehingga pada musim hujan dan musim kemarau tidak ada perbedaan kondisi yang ekstrim. Namun, apabila kondisi lahan gambut tersebut sudah mulai terganggu akibatnya adanya konversi lahan atau pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan terganggu.
Pada musim kemarau, lahan gambut akan sangat kering sampai kedalaman tertentu dan mudah terbakar. Gambut mengandung bahan bakar (sisa tumbuhan) sampai di bawah permukaan, sehingga api di lahan gambut menjalar di bawah permukaan tanah secara lambat dan dan sulit dideteksi, dan menimbulkan asap tebal.
- Bagaimana cara mengatasi lahan gambut yang terbakar?
Api di lahan gambut sulit dipadamkan sehingga bisa berlangsung lama
(berbulan-bulan). Dan, baru bisa mati total setelah adanya hujan yang
intensif. jadi tindakan menyiram dengan air biasa atau volume kecil tidak akan memadamkan kebakaran.
- Apa bahaya asap hasil kebakaran?
Menghirup asap dapat merusak tubuh dengan cara asfiksia (sesak) yang
sederhana, yaitu tubuh menjadi kekurangan oksigen untuk bernapas. Selain
itu bisa juga menyebabkan iritasi secara kimiawi, sesak napas secara
kimiawi, atau kombinasi dari beberapa atau semua kondisi tersebut.
Sesak napas sederhana (en: simple asphyxiants) terjadi
ketika pembakaran menggunakan oksigen di sekitar api dan
menghabiskannya, sehingga menyebabkan kematian jika orang yang terjebak
tidak lagi mendapatkan oksigen untuk bernapas. Asap sendiri dapat
mengandung produk-produk yang tidak secara berbahaya bagi seseorang,
namun mereka mengambil “ruang” yang diperlukan oleh oksigen. Karbon
dioksida bertindak demikian.
Bahan-bahan iritan juga bisa dihasilkan dari pembakaran, biasanya
bahan ini akan segera mengiritasi begitu terkena pada kulit atau pun
membran mukosa (seperti di dalam mulut). Substansi-substansi ini merusak
sel-sel pelapis traktus repiratorius (saluran napas), hal ini potensial
menyebabkan pembengkakan, kolaps saluran napas dan distres respirasi
(gagal napas). Contoh iritan-iritan kimiawi yang bisa ditemukan di dalam
asap seperti sulfur dioksida, amonia, hidrogen klorida, dan klorin.

Beberapa zat dapat menyebabkan asfiksia secara kimiawi (en: chemical asphyxiants).
Beberapa senyawa yang dihasilkan saat kebakaran dapat mengganggu
penggunaan oksigen tubuh pada tingkat seluler. Karbon monoksida,
hidrogen sianida, dan hidrogen sulfida adalah contoh-contoh kimiawi yang
dapat dihasilkan pada suatu kebakaran yang mampu mengganggu penggunaan
oksigen pada sel selama proses penghasilan energi. Baik pada mekanisme
penghantaran atau pun pada penggunaan oksigen terganggu atau terhambat,
maka sel-sel akan mati. Keracunan karbon monoksida sebagaimana yang
sering kita dengar, adalah salah satu penyebab tertinggi kematian oleh
penghirupan asap.
Ketika orang menghirup asap dalam jumlah dan kandungan yang lebih
banyak daripada tubuhnya dapat tanggulangi, bisa dikatakan itu seperti
keracunan asap. Saat hal ini terjadi ada beberapa tanda dan gejala yang
mungkin muncul dan dapat kita kenali. Gejala-gejala dapat termasuk
batuk, napas memendek, serak, nyeri kepala, dan perubahan status mental
secara akut. Tanda-tanda seperti jelaga di saluran napas atau perubahan
warna kulit dapat membantu dalam menentukan derajat keparahan.
Batuk terjadi ketika membran mukosa pada saluran napas teriritasi,
mereka menghasilkan lebih banyak mukosa. Spasme bronkus dan produksi
mukosa yang meningkat mengarahkan pada terjadinya batuk secara refleks.
Mukosa bisa jadi jernih atau kehitaman tergantung pada derajat
partikel-partikel hasil pembakaran yang terkumpul di paru atau trakea.
Napas menjadi pendek bisa jadi disebabkan perlukaan langsung pada
saluran napas, menyebabkan penurunan oksigen yang dihantarkan ke darah,
menurunnya kemampuan darah mengangkut oksigen karena zat-zat kimia di
dalam asap, atau ketidakmampuan sel-sel tubuh menggunakan oksigen.
Pasien bisa jadi bernapas cepat sebagai usaha mereka mengompensasi
kondisi ini.
Suara serak (kelainan pada suara napas) dapat merupakan tanda cairan
terkumpul pada saluran napas atas dan menyebabkan penyumbatan. Zat-zat
kimia yang iritatif dapat menyebabkan spasme pita suara, pembengkakan
dan konstriksi (penyempitan) saluran napas atas. Mata bisa menjadi
kemerahan karena iritasi asap, dan bisa terdapat tanda terbakar pada
kornea dan bulu mata. Warna kulit dapat bervariasi dari pucat ke cerah.
Jelaga pada lubang hidung dan tenggorokkan bisa menjadi petunjuk
derajat asap yang telah dihirup. Lubang hidung dan jalur napas di hidung
dapat saja membengkak.
Pada semua jenis kebakaran, orang-orang terpapar karbon monoksida
dalam jumlah yang beragam. Pasien bisa jadi tidak mengalami masalah
pernapasan, namun masih mungkin menghirup sejumlah karbon monoksida.
Akibatnya bisa muncul gejala-gejala seperti sakit kepala, mual dan
muntah.
Perubahan status mental dapat terjadi karena asfiksia kimiawi dan
rendahnya kadar oksigen. Bingung, jatuh pingsan, kejang hingga koma
adalah komplikasi-komplikasi potensial ketika orang menghirup asap
kebakaran.
- Benarkah ribuan baskom air garam dapat membuat hujan?
ni bunyi sebarannya "Sediakan baskom air yang dicampur garam dan letakkan di luar rumah, biarkan menguap. Waktu penguapan air yang baik adalah pukul 11.00-13.00. Dengan makin banyak uap air di udara, hal itu semakin mempercepat kondensasi menjadi butir air pada suhu yang makin dingin di udara,"
hal ini bukan cara yang tepat, tapi lebih tepat disebut sebagai kepedulian tinggi dari kita semua, karena sebenarnya hujan terjadi tidak hanya karena uap air, banyak yang mempengaruhi, misal di jambi, riau, sumsel, pola angin mengarah ke utara, sehingga awan tidak sampai ke daerah yang kita inginkan dengan bebas.
SUMBER :
http://www.ifacs.or.id/id/climate-change-forests-and-us/peatland/
https://jurnalbumi.com/kebakaran-hutan/
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/iklim_dan_energi/solusikami/adaptasi/forest_fire.cfm
http://catatan.legawa.com/2009/11/bahaya-menghirup-asap-ketika-kebakaran/
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/09/apakah-satu-baskom-air-garam-mampu-datangkan-hujan-dan-usir-asap